Langsung ke konten utama

Ritual Pawang Hujan: Analisis Berdasarkan Teori James Goerge Frazer

     Beberapa hari yang lalu warganet di hebohkan dengan salah satu fenomena yaitu Ritual Pawang Hujan di gelaran Moto Gp yang dilaksanakan di sirkuit Mandalika pada tanggal 20 Maret 2022 hal ini menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro melihat pawang hujan sebagai suatu tradisi atau kearifan lokal yang ada di Nusantara sedangkan pihak yang kontra melihat fenomena tersebut merupakan bentuk penyimpangan dari agama tertentu. Dalam hal ini Sains sulit untuk menjelaskan perihal hujan karena mba rara melakukan pawang hujan tanpa melakukan peralatan yang canggih untuk mengontrol hujan. Pawang hujan merupakan sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang diyakini memiliki ilmu gaib dan dapat mengendalikan hujan atau cuaca dengan cara memindahkan awan.

www.bombastis.com


Teori James Goerge Frazer tentang perkembangan rasionalitas manusia ia mengemukakan bahwa manusia awalnya memahami lingkungan pada tahapan ini menghasilkan kenyataan adanya praktik magi akan tetapi untuk memahami lingkungan tidak dapat dijangkau dengan magi maka agama hadir untuk menjelaskan gejala-gejala alam, sehingga lahirlah ritual-ritual keagamaan, sedangkan tahapan terakhir yaitu sains atau ilmu pengetahuan yang mengambil alih kedua peran tersebut yaitu magi dan agama pada tahap ini merupakan puncak sociente yang ilmiah. Menurut penulis magis/mistis tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat primitive contohnya di daerah sulawesi selatan lebih tepatnya di Kajang dan sekitarnya masih banyak yang mempercayai bahkan mempraktekkan tentang hal yang magic seperti melakukan ritual-ritual seperti yang dilakukan oleh mba rara pawang hujan di daerah Sulawesi Selatan banyak yang bisa mekakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Mba Rara hanya saja ritual-ritual mereka tidak di publish di media sosial. Sebenarnya magi dan agama masih sangat dibutuhkan dimasyarakat karena magi dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan sederhananya ketika ada suatu penyakit tidak mampu disembuhkan dengan pengobatan modern maka pengobatan tradisional akan dibutuhkan begitupun sebaliknya.

Dalam kenteks gerakan keagamaan kontemporer perihal pawang hujan dalam hal ini adalah sesuatu yang terlihat “menyimpang” karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama khususnya agama Islam termasuk yang mengarah pada kegiatan sekuler. Bahkan dalam ranah kehidupan sosial-politik yang mengarah pada sifat sekuler. Ketidak sesuaian produk kebudayaan Indonesia dengan nilai agama dominan yaitu Islam menjadi alasan utama aliansi yang cenderung radikal untuk melakukan tindakan-tindakan penolakan. Tidak heran ketika Mba Rara ketika melakukan ritual pawang hujan mendapatkan hujatan kepada warganet seperti memalukan hingga mba rara disuruh untuk tobat. Hal tersebut merubah tatanan kebudayaan di negeri ini yang notabenenya menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme. Selanjutnya pawang hujang yang dilakukan oleh Mba rara tidak melanggar tuntutan agama khususnya Islam karena dalam Islam ada juga hadits tentang hujan Menurut sabda Rasulullah dalam hadis Bukhari dan Muslim, doa agar hujan berhenti tidak dilarang. Sebab, doa itu disertai dengan harapan agar berpindah ke tempat yang lebih membutuhkan dan lebih bermanfaat. Rasulullah SAW dalam Hadist HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614 yang artinya "Ya Allah berilah hujan di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya Allah berilah hujan ke dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Nama Tokoh Teori Sosiologi: Dari Klasik melalui Modern hingga Postmodern

     Perkembangan teori sosiologi dari klasik melalui modern hingga postmodern menggambarkan evolusi pemikiran yang mendalam dalam memahami masyarakat dan interaksi sosial. Dari pandangan klasik yang berfokus pada struktur dan fungsi masyarakat, hingga teori-teori modern yang menyoroti konflik dan ketimpangan sosial, dan akhirnya menuju perspektif postmodern yang menantang batasan dan narasi dominan, perjalanan ini memperkaya pemahaman kita tentang kompleksitas dunia sosial yang terus berubah. Berikut adalah pemetaan tokoh teori sosiologi klasik, modern, dan postmodern; www.sociolovers-ui.blobspot.com Tokoh Teori Sosiologi Klasik; 1. Karl Marx (1818-1883): Teori konflik, materialisme historis, analisis struktur kelas, dan perubahan sosial. 2. Émile Durkheim (1858-1917): Fungsionalisme, solidaritas sosial, fakta sosial, dan integrasi sosial. 3. Max Weber (1864-1920): Teori tindakan sosial, pemahaman (verstehen), rasionalitas, dan hubungan agama dan kapitalisme. 4. Auguste Comte (1798-18

Kritik dan Kelemahan Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper

     Meskipun konsep teori falsifikasi Karl Popper telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan filsafat ilmu, tetapi juga ada beberapa kritik dan kelemahan yang diajukan terhadap teori tersebut: Kompasiana.com 1. Batas Subjektivitas        Proses falsifikasi memerlukan interpretasi dan penafsiran data empiris oleh para ilmuwan. Hal ini dapat menyebabkan subjektivitas dalam menentukan apakah sebuah teori telah benar-benar dipatahkan atau tidak, karena bisa ada perbedaan pendapat antara para ilmuwan. 2. Revolusi Ilmiah:       Pendekatan Popper mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dalam praktiknya. Dalam sejarah, terkadang ilmuwan tidak langsung meninggalkan teori yang telah dibantah oleh bukti, tetapi melakukan revisi atau memperluasnya seiring waktu. 3. Falsifikasi Selective      Tidak semua teori yang diuji akan benar-benar ditolak jika bukti yang menentangnya ditemukan. Beberapa teori mungkin akan mendapatkan pengecualian atau justifikas

Menjaga Harmoni dan Toleransi: Etika Pergaulan Sosial dalam Dilema Agama di Ruang Publik

               Agama memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat, dan keberadaannya kerap kali terlihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari (Smith, J. Z. 1991). Dalam konteks masyarakat yang beragam secara agama, kehadiran agama di ruang publik menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Namun, diskusi mengenai peran agama dalam ruang publik juga membawa dilema dan menimbulkan pertanyaan tentang etika pergaulan sosial. Masyarakat kita hidup dalam keberagaman agama yang kaya, terdiri dari penganut agama-agama utama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lain, serta berbagai aliran kepercayaan dan spiritualitas yang berbeda. di mana berbagai tradisi keagamaan dan keyakinan saling bersinggungan dan berinteraksi dalam ruang-ruang publik.              Hubungan antara agama dan ruang publik adalah kompleks dan mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, hukum, pendidikan, hingga budaya dan ekonomi. Agama dapat menjadi sumber inspirasi bagi individu da